The Journey of (29 1/2 Hari) #8

Hal yang sangat ingin saya lakukan semenjak renik pertama dari benih kisah 29 1/2 Hari ini mengada di semesta pikiran_bahkan mungkin di semesta itu sendiri; menyelesaikan draft ceritanya hingga final.

Setelah nyaris sembilan tahun, renik itu mulai membesar dan menghuni sebagian besar sel abu-abu saya. Nyaris semua bagian itu telah dicemari oleh nama-nama seperti Grey, Ken, Nero, dan Keira juga oleh polah tingkah mereka menghadapi cinta, cita, dan kehidupan. Pikiran saya pun ikut berkelana. Bermula di sebuah kota di Dijon, Perancis, lalu Provence, Singapura, Bandung...dan banyak tempat lain di mana imajinasi saya dan tokoh-tokoh itu tinggal.

Jika ingin menamai bagaimana perjalanan saya dengan 29 1/2 Hari, saya akan bilang: bittersweet. Ibarat mengonsumsi teh tanpa gula di saat hubungan kami lancar sehingga tetap menikmati rasa pahitnya. Atau minum teh bergula banyak dan kopi plus bersendok-sendok gula serta creamer, untuk memperbaiki suasana hati saat hubungan kami memburuk.

Saya mengabaikan perkataan 'penulis bagus minum teh dan penulis hebat minum kopi' karena sebelum 29 1/2 Hari benar-benar terlahir saya tidak pernah tahu penulis macam mana saya ini.

Akhir bulan Juli adalah saat yang cukup bersejarah bagi saya dan 29 1/2 Hari, karena akhirnya final draft sudah tersusun lengkap. Saya tidak bisa mengatakannya sempurna, karena sebuah karya pasti memiliki kekurangan-kekurangan.

Akhir bulan Agustus saya membebaskan keempat tokoh utama itu beserta kawan-kawannya (juga diri saya sendiri) agar mereka dapat mengarungi dunia luar. Saya berharap keempatnya dapat segera bermukim di sebuah rumah yang tepat dan nyaman lalu beranak-pinak setelah bertemu dengan sel kelabu di kepala-kepala lain di semesta ini.

Saat ini saya diteguhkan kembali bahwa awal sebuah perjalanan dimulai saat ada sesuatu yang berakhir. The end is the beginning. Ya, perjalanan ini masih belum berakhir. Petualangan baru akan dimulai kembali setelah ini.




No comments

Powered by Blogger.